Postingan

Video Call

Gambar
Sekali lagi saya tak mau terkecoh oleh perempuan yang saya pacari sejak 4 tahun lalu itu. Pertanyaan yang sejak awal saya buat untuknya, tidak mungkin saya jawab sendiri. Enak saja. Selain untuk melihat keseriusan, sebenarnya saya juga sedang menguji tingkat kecerdasan Dyah. Malam kemarin saya menelpon Dyah, pacarku. Topik yang kami bicarakan kali ini agak berbeda. Tidak seperti topik-topik seperti biasanya.   “Hal apa yang mengikat kita untuk bisa sama-sama sampai sekarang? Sebutkan satu saja’.   Kira-kira seperti itulah topiknya. Topik yang juga menjadi pertanyaan itu saya yang mengajukan. Terinspirasi dari Instagram story Fikry Fakhrurrizal, sahabatku yang baru saja menikahi pujaan hatinya beberpa bulan lalu.   Mendapat pertanyaan itu, Dyah tidak langsung menjawab. Dia senyum-senyum kegirangan, agak menggelikan sebenarnya.   “Kok tumben nanya-nanya gini?” Dyah balik bertanya sambil sesekali memutar-mutar bola matanya ke arah atap kosan lalu kamera. Saya mulai menebak-nebak. Apakah

Berharap Terminal di Indonesia Bebas Calo Seperti di Australia

Gambar
Gambar: Eko Sulistyono Keberadaan calo tiket di terminal memang menyebalkan. Saking menyebalkanya, calo tiket juga bisa membuat kita malas naik bus dan memilih kendaraan pribadi. Tidak seperti di Australia. Moda transportasi tersebut sudah diatur sedemikian rupanya oleh pemerintah setempat. Sehingga, bisa dipastikan, tidak ada calo tiket bus seperti terminal yang ada di Indonesia. Dinas perhubungan kita nampaknya harus banyak-banyak melakukan studi banding di Australi. Pelayanan yang ramah, kebersihan terminal yang terjaga, dan mengurangi abang-abang calo setidaknya bisa dijadikan prioritas. Begitu tiba di Brisbane Internasional Airport (10/9) lalu, saya langsung keluar menuju halte bus terdekat. Jaraknya hanya sekitar 100 meter dari pintu keluar bandara. Di sana, saya mencari bus berwarna orange bertuliskan NSW TransLink atau New South Wales TransLink. Itu merupakan bus yang menghubungkan rute-rute perkotaan di Brisbane. Belum sampai 5 menit, bus yang ditunggupun sudah

Berbenah Setelah Kedatangan Ganjar Di Jrahi

Gambar
doc: Karang taruna Jrahi Kedatangan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Jrahi (4/11) lalu harus dijadikan momentum untuk terus berbenah. Setelah mendapat julukan Kampung Pancasila, Jrahi harus bisa menarik perhatian bapaknya itu di sektor yang lain. Misalnya, soal desa transparan, desa  dengan penghasilan paling tinggi se-Jateng, atau desa dengan tingkat kesehatan yang paling layak. Amiiin. Beberapa hari terakhir saya plesiran di kota Jogja. Waktu di kota pelajar itu tidak saya sia-siakan untuk mengunjungi sejumlah tempat wisata yang belakangan ngehits. Salah satunya puncak Sosok di dusun Jambon, desa Bawuran, Kecamatan Pleret, Bantul. Destinasi yang ditawarkan mirip-mirip bukit Bintang yang juga tidak jauh dari sana. Yakni melihat kota Jogja dari ketinggian. Bedanya, di puncak Sosok, para pengunjung juga bisa melihat puluhan atau bahkan mungkin ratusan sapi yang ada di sisi kanan bawah Puncak Sosok. Sapi-sapi itu mencari makan di antara tumpukan sampah di Pempat Pembuanga

Mencari Calon Kepala Desa Ideal

Gambar
Ada kewajiban yang harus dipenuhi seorang pemimpin sebelum mencalonkan diri lagi. Baik pemimpin negara, pemimpin daerah, bahkan kepala desa. Yaps, laporan pertanggungjawaban selama menjabat lalu dicocokan dengan program-program yang dijanjikan sebelumnya. Sehingga mudah bagi warga untuk menilai berhasil tidaknya seorang pemimpin tadi. Sederhana sekali. Kecuali, pemimpin itu memang tidak punya program dan visi-misi sudah sejak mencalonkan diri. Sesat sekali. Sekitar dua bulan lagi beberapa daerah di kabupaten Pati akan melangsungkan pemilihan kepala desa. Orang kampung biasa menyebut pesta demokrasi level desa itu dengan Atak. Tak terkecuali di desa Jrahi, kecamatan Gunungwungkal. Kabarnya, (21/12) mendatang di desa saya itu juga akan ada Atak. Slentang-slenting soal Atak juga sudah mulai terdengar wow banget deh. Seperti soal pembentukan panitia pemilihan kepala desa, tanggal pendaftaran calon, dan  beberapa nama yang bakal maju menjadi calon kepala desa periode mendatang terse

Saking Bagusnya Jalanan di Kabupaten Pati

Gambar
Lebih dari setahun, akhirnya saya sepeda motoran jarak jauh lagi (10/10). Menempuh ratusan kilometer dari Yogyakarta ke kota kelahiran, Pati menggunakan motor Vega R yang legend itu. Nah, karena kurang kerjaan, saya coba membandingkan kualitas aspal-aspal jalan di setiap kota yang saya lalui. Mulai dari Yogyakarta- Klaten- Solo- Sragen- Purwodadi- dan Pati. Hasilnya wow.. Jalanan yang biasa saya lewati semasa masih kuliah dari kota pelajar itu memang tidak banyak berubah. Misalnya dari Yogyakarta sampai Solo yang tidak perlu dipertanyakan lagi aspalnya lah ya. Minimal menurut saya. Jalannya sudah bagus dari dulu. Namun, begitu keluar dari kota Surakarta itu, masyallah. Di beberapa titik masih saja ada sejumlah perbaikan jalan provinsi. Seperti di kawasan Gemolong da aaaa n PURW ODADI . Sampai-sampai, saya punya sebutan sendiri untuk kabupaten PURWODADI itu  "kota perbaikan jalan tiada usai" hahaha. Sejumlah pekerja terlihat syiiibuk ketika saya melintas se

Terbawa Ombak, Semakin Lama Semakin Tenggelam

Gambar
Muntiah terlihat resah di Gapura Surya Nusantara. Berkali-kali warga Randu Alas, Gilingan, Banjarsari, Solo tersebut melihat daftar nama di papan itu.  Sebab suaminya, Nurdatin Suprianto, menjadi korban KM Santika Nusantara yang terbakar di perairan Masalembu (22/8) lalu. Siti Muntiah datang dari Solo sejak pukul 1.00 dini hari kemarin dan tiba di Pelabuhan Tanjung Perak sekitar pukul 8.00. Perempuan 54 tahun tersebut langsung bertanya pada petugas yang berjaga di posko informasi penanganan korban kapal terbakar. Di sana memang ada daftar nama yang ditempel oleh basarnas. Isinya, daftar nama-nama korban selamat yang berhasil dievakuasi beberapa hari belakangan. Berkali-kali Muntiah membaca itu sambil memengang foto kopi KTP milik sang suami. "Ya Allah dimana Suami saya. Kalau ketemu saja saya sudah langsung pulang," katanya. Hingga pukul 11.00 Muntiah belum mendapat kepastian. Dia semakin cemas. Petugas yang ada di lokasi kemudian berusaha memba

Sukses Rendra Kurniawan, Disabilitas yang Bikin Usaha Sablon

Gambar
Rendra Kurniawan tidak mau jatuh dalam keterpurukan. Menjadi Tetraplegi akibat kecelakaan pada 2003 silam, dijadikan sebagai motivasi untuk terjun ke dunia usaha. Kini karena kegigihanya itu, pria 33 tersebut memiliki omset diatas Rp 50 juta setiap bulan. EKO SULISTYONO Rendra Kurniawan tidak lumpuh sejak lahir. Sakit yang dialaminya karena sebuah kecelakaan pada 2003 lalu. Ceritanya, saat itu Rendra bersama seorang rekanya hendak membeli tiket konser Soundrenaline di kawasan Sidoarjo. "Karena tempat penjualan tiket di Surabaya sudah kehabisan semua," kata Rendra memulai pembicaraan beberapa waktu lalu. Banyak band rock papan atas yang akan tampil di konser tersebut saat itu. Salah satunya adalah Edane. Warga Jalan Ikan Sepat, Perak Barat, Krembangan tersebut semakin bersemangat mencari tiket. Apalagi saat itu juga bakal ada penampilan dari penyayi idolanya, Iwan Fals. Ketika hendak berangkat ke Sidoarjo, Rendra bertemu dengan tujuh temanya yang lain. Mereka juga