Mencari Calon Kepala Desa Ideal
Ada kewajiban yang harus dipenuhi seorang pemimpin sebelum mencalonkan diri lagi. Baik pemimpin negara, pemimpin daerah, bahkan kepala desa. Yaps, laporan pertanggungjawaban selama menjabat lalu dicocokan dengan program-program yang dijanjikan sebelumnya. Sehingga mudah bagi warga untuk menilai berhasil tidaknya seorang pemimpin tadi. Sederhana sekali. Kecuali, pemimpin itu memang tidak punya program dan visi-misi sudah sejak mencalonkan diri. Sesat sekali.
Sekitar dua bulan lagi beberapa daerah di kabupaten Pati akan melangsungkan pemilihan kepala desa. Orang kampung biasa menyebut pesta demokrasi level desa itu dengan Atak. Tak terkecuali di desa Jrahi, kecamatan Gunungwungkal. Kabarnya, (21/12) mendatang di desa saya itu juga akan ada Atak.
Slentang-slenting soal Atak juga sudah mulai terdengar wow banget deh. Seperti soal pembentukan panitia pemilihan kepala desa, tanggal pendaftaran calon, dan beberapa nama yang bakal maju menjadi calon kepala desa periode mendatang tersebut. Mari kita intip siapa nama calon-calon itu lalu kita kuliti satu-satu.
Tanggal pasti pendaftaran itu memang masih sebulanan lagi. Yakni pada 3 sampai 9 November mendatang. Meski begitu, sudah ada salah satu calon yang mendeklarasikan diri. Nampaknya beliau cukup optimistis maju menjadi bakal calon kepala desa. Aplouss buat keberanianya dong. Untuk menjadi pemimpin kan memang butuh persiapan yang matang ya. Merumuskan visi-misi dan melakukan kampanye ala-ala itu.
Namun nama-nama calon ini berdasarkan clentingan yang saya dengar lo ya. Sumbernya dari para teman macam Anasbergerak Nurhadi Biantoro Elo Nias Budi Setyo dan tetangga yang biasa melakukan meditasi berjamaah bersama segelas kopi dan rokok Sukun Putih. Kalau pada perjalananya di hari pendaftaran nanti mbeleset, ya moon maap.
Dari info gaib yang saya dengar, setidaknya ada tiga nama bakal calon yang bakal bertarung nantinya. Pertama, ada calon petahana, Surani warga dukuh Ngelorah. Beliau sudah dua periode menjabat sebagai kepala desa di Jrahi.
Kedua, Salim, warga dukuh Winong. Beberapa hari belakangan beliau yang nampak cukup PeDe tadi menjadi penantang petahana. Bagaimana tidak, lawong selain mendeklarasikan diri sebagai bakal calon, beliau juga sudah mengelilingi kampung saya untuk undang-undang mantu dan meminta dukungan itu kok. hehe
Nah, yang ketiga, ada satu nama lagi. Namun nampaknya, yang bersangkutan masih malu-malu mendeklarasikan diri sebagai bakal calon. Keculai kerabat dan tetangganya yang PeDe abis. Sebab bagaimanapun, calon ketiga ini dianggap mewakili suara millenial karena orangnya sendiri masih muda.
Namun soal pengalaman dan kapasitas kepemimpinan, tunggu dulu. Banyak yang ingin saya tanyakan sebenarnya. Pemuda desa juga banyak yang ingin bertanya. Terutama soal visi-misi. Untuk porsi itu saya akan membuat tulisan sendiri nantinya.
Dari tiga calon itu, secara umum, saya akan mengklasifikasikan menjadi dua saja. Petahana dan penantang.
Sebelum mencalonkan diri lagi, petahana harus menyelesaikan beberapa persoalan yang menjadi pertanyaan saya dan beberapa kolega tadi. Yaps, soal laporan pertanggungjawaban keuangan desa selama belio menjabat dong pastinya.
Selama menjabat dua periode petahana harus membuat laporan pertanggungjawaban itu. Kalau tidak ya masyarakat berhak meminta. Selain menjadi tolok ukur berhasil tidaknya selama menjabat, transparasi anggaran desa juga harus menjadi kesadaran bersama yang perlu didorong. Jangan sampai uang desa hasil ngutang sana-sini pak de Jokowi malah diselewengkan. Tentu kita semua tidak ingin itu terjadi bukan?
Untuk persoalan ini saya sebenarnya sih optimis petahana sudah melakukan. Minimal petahana sudah membuat laporan pertanggungjawaban itu ke atas. Entah ke tingkat kecamatan maupun kabupaten. Namun laporan ke masyarakat lapisan bawah saya masih ragu-ragu. Saya memang menduga ada komunikasi yang tidak sampai. Lawong kalau ada undangan rapat di balai desa yang melibatkan Badan Pengawas Desa (BPD) dan masyarakat, undanganya suka mendadak kok.
Selain itu, juga harus ada tim yang melakukan audit sumber kekayaan petahana. Entah dari kecamatan atau kabupaten. Kalau sudah ada ya syukur. Tapi yang pasti, tim ini harus benar-benar bekerja demi kebaikan kita semua. Kalau petahana terbukti "bersih" selama menjabat berarti tidak masalah dia mencalonkan diri lagi. Namun jika cacat dalam mengalokasikan uang hasil hutang negara itu, jangankan mencalonkan diri lagi, masyarakat juga berhak menuntut.
Jangan sampai ada suara-suara di bawah yang penuh dengan prasangka dan curiga. "Pak anu baru jadi kepala desa dua periode saja rumahnya sudah begitu besarnya. Bak istana di film-film Endosiar. Pak ini baru menjabat sebentar saja sudah punya tujuh truk. Warnanya mejikuhibiniu" misalnya. Saya tentu tidak ingin itu terjadi.
Sementara itu, bagi calon penantang, ada beberapa kreteria harus dipenuhi. Minimal menurut lamunan liar saya ini. Ya, dia harus bisa membawa visi-misi yang jelas. Harus punya daya tawar pembangunan baru ala milenial. Bukan hanya pembangunan fisik bak infrastruktur.
Terakhir, saya ingin menyampaikan kepada pembaca yang budiman. Masyarakat di Jrahi itu sudah pintar-pintar loh, terutama pemudanya. Mereka terlihat sudah cukup matang dan dewasa di iklim demokrasi ini. Buktinya di group-group WA yang saya ikuti.
Kalau tidak percaya, silahkan bagi para calon kepala desa untuk datang dan menyampaikan visi misi kepada mereka. Saya yakin kalian bakal dihujani beragam pertanyaan. Belum lagi anak-anak muda bergelar pengangguran itu. Bakat terpendam 'kritikus' mereka pastilah bakal langsung muncul. Otomatis. suwer deh. (*)
Komentar
Posting Komentar