Sukses Rendra Kurniawan, Disabilitas yang Bikin Usaha Sablon


Rendra Kurniawan tidak mau jatuh dalam keterpurukan. Menjadi Tetraplegi akibat kecelakaan pada 2003 silam, dijadikan sebagai motivasi untuk terjun ke dunia usaha. Kini karena kegigihanya itu, pria 33 tersebut memiliki omset diatas Rp 50 juta setiap bulan.

EKO SULISTYONO

Rendra Kurniawan tidak lumpuh sejak lahir. Sakit yang dialaminya karena sebuah kecelakaan pada 2003 lalu. Ceritanya, saat itu Rendra bersama seorang rekanya hendak membeli tiket konser Soundrenaline di kawasan Sidoarjo. "Karena tempat penjualan tiket di Surabaya sudah kehabisan semua," kata Rendra memulai pembicaraan beberapa waktu lalu.

Banyak band rock papan atas yang akan tampil di konser tersebut saat itu. Salah satunya adalah Edane. Warga Jalan Ikan Sepat, Perak Barat, Krembangan tersebut semakin bersemangat mencari tiket. Apalagi saat itu juga bakal ada penampilan dari penyayi idolanya, Iwan Fals. Ketika hendak berangkat ke Sidoarjo, Rendra bertemu dengan tujuh temanya yang lain. Mereka juga hendak mencari tiket konser Soundrenaline.

Mereka memutuskan berangkat mencari tiket secara rombongan. Sembilan orang tadi berangkat meggunakan sebuah mobil Kijang. "Saya duduk di jok bagian paling belakang," kenang Rendra.

Sayang, niat untuk menonton konser harus gagal. Rendra bersama delapan rekanya yang lain justru celaka. Mobil Kijang yang mereka kendarai mengalami kecelakaan tunggal di jalan layang Waru, Sidoarjo. Kecelakaan yang terjadi saat itu cukup parah. Satu rekan Rendra meninggal dunia. sementara Rendra juga harus dilarikan menuju rumah sakit untuk mendapat perawatan. "Saya tidak ada luka, tapi patah leher. Saraf-saraf mati," jelas Rendra. Diapun dinyatakan lumpuh.

Kejadian itu sempat membuat tiga bersaudara itu terpukul. Apalagi setelah dokter memberi tahu sebagian besar dari bagian tubuh Rendra tidak bisa digerakan normal kembali. Hanya bagian leher ke atas yang normal. Setelah menjalani perawatan berbulan-bulan di rumah sakit, Rendra pulang. namun tim dokter tetap menyarankan untuk dilakukan rawat jalan. Kuliah jurusan Teknik Industri di Universitas Surabaya (Ubaya) juga harus mandek.

Rawat jalan yang dilakukan Rendra berlangsung sampai 2006. Ketika itu pihak keluarga juga belum menyerah untuk kesembuhan sang anak. Bahkan, Laksda TNI (purn) Sudaryanto ayah Rendra, juga memutuskan untuk membawa Rendra berobat ke sebuah rumah sakit di Tiongkok.

Bukan hanya itu. Demi kesembuhan sang anak, Sudaryanto juga harus mengajukan pensiun dini sebagai Asisten Personel (Aspers) KASAL untuk menemani Rendra berobat ke Tiongkok saat itu. "Karena kan tidak bisa, mencampuradukan urusan keluarga dengan organisasi. Makanya saya memilih mundur. Itu adalah masa-masa yang sulit," kata Sudaryanto.

Meski demikian, sakit yang dialami Rendra tak kunjung sembuh. Kemana-mana, Rendra harus tetap harus dibatu oleh satu orang untuk mendorong kursi roda. Dia adalah Anen, 29 warga Lampung. Keadaan itu tidak lantas membuat Rendra terus-terusan bersedih dan terpuruk. Sakit yang dialaminya dijadikan motivasi untuk terjun ke dunia usaha.

Usaha awal yang dia rintis adalah membuat studio foto dengan memanfaatkan kamar kecil yang ada di rumah. "Alhamdulillah, Allah itu sudah mengatur semuanya. Ibarat Rendra ini otaknya, Anen adalah kaki dan tanganya," tambah Sudaryanto.

Dari studio foto yang dirintis, Rendra mulai bisa menabung. Dia memutuskan, uang yang terkumpul digunakan untuk daftar kuliah kembali. dia memilih Universitas Hang Tuah (UHT) di tahun 2007 dengan jurusan Psikologi.

Namun, usaha studio yang dirintis tidak berjalan mulus. Berbagai goncangan bisnis mulai datang. "Kamera saya juga kemalingan. Tapi tidak apa-apa saya sudah terlatih kehilangan," katanya. Studio foto tutup. Uang sisa dia gunakan untuk berjualan mi ayam menggunakan gerobak di samping rumah.

Perjalanan usaha Rendra sangat panjang. Rendra terus bergonta-ganti usaha karena gagal lagi. Akhirnya dia memilih untuk berjualan kebab. "Saya belajar masak lagi dengan keterbatasan," tutur Rendra.

Usaha Rendra tidak sia-sia. Meski tantangan terus datang, warung yang dirintis terus mengalami perkembangan. Rendrapun mengembangkan bisnis di jasa sablon kaos di rumah. Kini jasa sablon itu dia beri nama JSK Sablon. "Semua awalnya saya tidak bisa karena keterbatasan gerak. Tapi saya terus berusaha. Alhamdulillah Allah memberi saya Anen ini," jelas Rendra.

Akhirnya usaha Rendra berbuah manis. Berkat kegigihannya itu dia tidak pernah sepi orderan sablon dari berbagai komunitas. Warung miliknya juga selalu ramai. Keberhasilan itu bukan hanya untuk Rendra. Tujuh orang pekerja menggantungkan hidup kepada Rendra di tempat usahanya. Sementara omset yang didapat Rendra setiap bulan di atas 50 juta.

Bukan hanya itu. Karena pengalaman dan kegigihanya itu juga, Rendra juga kerap mendapat undangan dari berbagai kampus di Surabaya untuk menjadi dosen tamu. (*)


*tulisan yang diedit telah terbit di SKH Jawa Pos

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Paralayang Batu, Tempat Wisata yang Ngagenin

Hanya Dua Tahun Hidup di Negara Asalnya, Afganistan

contoh proposal perpanjangan ijin operasional tpq