Grebeg Bandar Pakai Helikopter, Amankan 50 Kg Sabu-sabu
Keseriusan Polda Jatim memberantas peredaran narkotika di wilayah hukumnya patut diapresiasi. Meski ancaman dan godaan deras mengalir, mereka tetap memiliki komitmen. Buktinya, mereka telah berhasil melakukan penggrebekan besar-besaran pengedar sabu-sabu jaringan Sokobanah, Sampang, Madura beberapa waktu lalu.
EKO SULISTYONO
Banyak pihak berperan dalam mengungkap pengedar sabu-sabu jaringan Sokobanah. Yang paling utama, tentu peran Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan dalam membentuk tim Satgas untuk membasmi jaringan internasional tersebut. Di samping itu, ada pula peran dua Kapolres kota Surabya yang tidak kalah penting. Yaitu Kapolrestabes Surabaya Kombespol Sandi Nugroho dan Kapolres Pelabuhan Tanjung Tanjung Perak AKBP Antonius Agus Rahmanto. Peran keduanya dalam menggerakan Tim Satgas sangatlah vital.
Cerita perang melawan bandar narkotika itu dimulai February 2019 lalu. Instansi kepolisian menerima laporan dari Bea Cukai Perak soal masuknya 14 Kg sabu-sabu melalui Pelabuhan Tanjung Perak. Temuan itu segera ditindaklanjuti. Tidak lama kemudian, satu pelaku berhasil diamankan di daerah Jember. Pelaku yang berhasil diamankan saat itu diamankan adalah Samsul Hadi.
Penangkapan satu pelaku dengan barang bukti 14 Kg sabu-sabu tidak membuat Kapolda Jatim puas. Jenderal bintang dua tersebut ingin kasus itu terus dikembangkan menuju jaringan yang lebih besar. "Tidak melakukan rilis buru-buru merupakan salah satu strategi kami," kata Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan.
Sebab dia khawatir, jumpa pers dini dapat mengganggu penyelidikan. Keinginan untuk menangkap jaringan yang lebih besar bisa gagal total. Penyelidikan terus berlanjut. Dari sana diketahui, bahwa barang yang dikirim kepada Samsul rencanaya akan dibawa lagi menuju Sokobanah, Sampang, Madura.
Dalam urusan peredaran narkotika di Indonesia, Sokobanah dikenal bukan jaringan baru. Kapolda mengetahui jaringan ini telah lama bermain. Beberapa kurir juga telah tertangkap di beberapa kota besar. Termasuk Surabaya dan Jakarta. Hanya saja, belum ada keberhasilan signifikan yang dilakukan selama ini.
Lulusan Akpol tahun 1987 tersebut ingin, pengungkapan jaringan yang dilakukan kali ini benar-benar beda. Aparat penegak hukum harus benar-benar masuk ke dalam tempat bersarangnya para pengedar di Sokobanah. Untuk melakukan penggrebekan, Luki mempelajari itu. "Saya gali informasi. pernah ada polisi masuk sana saja malah mau dibunuh kok," tambahnya.
Akhirnya Luki Memanggil Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak dan Kapolrestabes Surabaya. "Terbentuklah Satgas yang terdiri dari polisi, TNI, dan juga BNN," tambahnya.
Meski sudah terbentuk Satgas, mereka tidak bisa sembarangan masuk ke Sokobanah. Apalagi melakukan penggrebekan di sana. Alasanya, jaringan yang ada di sana mendapat dukungan dari masyarakat. "Pengedar tadi sangat baik kepada masyarakat kok. Mereka itu sudah seperti Roobinhoad," kata Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak AKBP Antonius Agus Rahmanto.
Sebagai imbal baliknya, warga juga ikut membantu melindungi bisnis jaringan Sokobanah. Cotoh kecilnya, jika ada orang asing masuk ke wilayah Sokobanah, langsung dibuntuti oleh warga.
Untuk itu, tim Satgas mengatur sejumlah strategi untuk melakukan pemetaan kawasan. Sosial dan budaya masyarakat setempat dipelajari. Dari sana diketahui, rata-rata rumah sang bandar ada di atas gunung. Akses menuju markas sangat sulit. Jalan yang harus dilalui sempit. Begitu berpapasan dengan mobil lain, satu mobil harus mengalah.
Kesulitan polisi bukan hanya itu. Mereka juga mengalami berbagai godaan dan ancaman. Misalnya, setelah ada pelaku yang tertanggap, ada orang yang tiba-tiba menawarkan sejumlah uang kepada tim satgas dengan jumlah miliaran rupiah. Dia ingin kasus tersebut dihentikan, dan pelaku dibebaskan. "Jumlah belum pernah kami lihat sebelumnya. tapi saya tegaskan lagi, tujuan kami bukan itu. Negara tidak bolehk dengan mafia," tegas Agus
Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Sandi Nugraha mengatakan, selama pengintaian lima bulan, terhitung sejak Februari sampai Juli 2019, tim Satgas yang dipimpinya juga melakukan berbagai penyamaran rahasia.
Pengintaian selama lima bulan berpuncak di bulan Juli. Tim Satgas yang dipimpin Sandi melakukan penggerebekan besar-besaran dibantu helikopter milik TNI. Kenapa helikopter TNI?. Hal itu untuk menghindari kecurigaan jaringan yang bermain di sana. Para pengedar akan tahu jika helikopter yang dibawa menuju lokasi penggerebekan merupakan milik polisi.
Helikopter tersebut didaratkan dengan jarak sekitar 10 Km dari lokasi penggrebekan yang ada di gunung Semanggi. Satu kompi brimob bersenjata lengkap juga dikerahkan untuk mensterilkan area penggrebekan.
Bukan hanya itu. Sejak berangkat dari Surabaya, semua anggota yang hendak bertugas tidak boleh membawa HP. "Yang penting ada pimpinan di depan. Kita kan tidak tahu hitam putihnya anggota. Itu untuk antisipasi saja jika ada anggota yang bermain," kata Sandi.
Setidaknya, dari keseriusan Satgas Polda Jatim memberantas peredaran narkotika mereka telah mengamankan kurang-lebih 50 Kg sabu-sabu dan lima orang tersangka. Kini masih ada belasan bandar besar yang juga masih menjadi buronan. (*)
*Tulisan ini sudah terbit di SKH Jawa Pos
Komentar
Posting Komentar