Tiga Sejarah di Kotagede Yogyakarta
Jangan sekali-kali melupakan sejarah atau disingkat Jasmerah, begitu kata bung Karno. Pesan itu disampaikan olah peresiden pertama RI untuk generasi muda. Sang Proklamator tahu, bukan hanya kamu yang kudu move-on dari mantan gebetanmu, sebuah negara maju juga kudu belajar dari masa lalunya. Mempelajari sejarah, memperbaiki kesalahan masa lalu untuk menyongsong masa depan.
Banyak cara buat kamu untuk mempelajari sejarah, mulai dari sekolah, bangku kuliah hingga ke tetangga sebelah, eh.. Jika kamu adalah tipikal orang yang suka baca, mungkin bisa kamu lakukan dengan membaca buku, artikel, ataupun jurnal sejarah. Sementara buat kamu tipikal orang yang suka berkumpul, anak tongkrongan, bisa mempelajarinya melalui diskusi di forum-forum.
Apa, kamu tidak suka keduanya dan lebih menyukai jalan-jalan?. Tenang, belajar soal sejarah juga tak harus melulu di ruang kelas atau membaca buku kok. Contohnya kamu yang ingin mengenang mantanmu, tak harus dengan membaca ulang pesan Whatsapnya yang kamu screenshoot secara terus-terusan kan?.
Ya, kamu bisa melakukanya dengan napak tilas di sebuah tempat yang pernah kalian kunjungi misalnya. Sembari jalan-jalan, kamu juga bisa kan mengenang si Doi?. Seperti halnya mengenang mantan, belajar sejarah juga bisa di pelajari dengan napak tilas. Mulai sekarang ayo, agendakan jalan-jalanmu lebih bernilai, mengunjungi tempet-tempat bersejarah yang ada di daerahmu.
Nah, di Indonesia sendiri banyak wisata sejarah yang menggoda untuk di kunjungi, terutama Yogyakarta. Kotagede adalah salah satunya. Misalnya, Kotagede memiliki sejarah panjang tentang berdirinya keraton Yogyakarta saat ini. Selain itu Kotagede juga bisa dibilang sebagai basisnya organisasi Islam Muhammadiyah.
Kekayaan sejarah tersebut tentu sangat berharga buat kita generasi muda untuk napak tilas disini. Berikut ringkasan singkat napak tilas di Kotagede.
Cikal bakal berdirinya kraton Yogyakarta
Keberadaan kerajaan mataram Islam di Kotagede sangat besar pengaruhnya terhadap penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Bahkan keberadaan kraton Jogja sekarang juga merupakan kelanjutan dari kerajaan mataram Islam masa lampau. Nah, dengan begitu bisa dibilang Kotagede merupakan The Old Capital City di Yogyakarta.
Tidak untuk ditulis di sini, sana ke Kotagede sendiri. Sesampainya di pemakaman raja-raja banyak abdi yang siap melayani hasratmu tentang sejarah kok. Mereka akan dengan sukarela menerangkan sejarah kerajaan mataram Islam tersebut.
Kotagede itu Muhammmadiyah
Di Kotagede terdapat sebuah masjid bernama masjid perak, masjid tersebut erat kaitanya dengan ruh Muhammadiyah, Organisasi Islam di Indonesia. Sejak awal keberadaanya, beragam kegiatan sosial dan keagamaan tak jarang dipusatkan di masjid Perak tersebut. Mungkin hal inilah yang menjadikan Kotagede sebagai salah satu basis Muhammadiyah di Yogyakarta. Makanya masyarakat kotagede bilang “orang Kotagede ya pasti Muhammadiyah.”
Masjid Perak merupakan masjid tertua setelah masjid Mataram yang ada di sini. Pemberian nama Perak juga erat kaitanya dengan Kotagede sebagi pusat pengrajin perak. Donatur pendirian masjid kebanyakan berasal dari pengusaha perak kala itu.
Banyak eks-tapol 65 berasal dari Kotagede
Keberagaman adalah identitas masyarakat Indonesia, begitupun di Kotagede. Dulu, saat terjadi pergolakan politik tahun 1965 di Indonesia banyak dari warga kotagede yang terkena dampaknya, ditangkap dan di hukumi sebagai tahanan politik di pulau buru.
Buat kamu yang suka belajar sejarah tentu bakal betah berlama-lama untuk diskusi dengan mereka eks-tapol. Hanya sayang kamu tidak bisa sembarangan mempublish nama yang bersangkutan karena isu ini dinilai masih sangat sensitive di Indonesia. Semoga ke depan ada kesadaran lieterasi bersama ya, terutama mengenai sejarah yang berkaitan dengan 65.
Sebagai pengakhir bin penutup, banyak spot foto yang ditawarkan di Kotagede. Dan fotografi sudah menjadi kebutuhan. tempat ephic nan murah biasanya selalu menjadi buruan muda mudi terutama mahasiswa. Kotagede menawarkan itu, tempat menarik untuk mengabadikan moment.
Komentar
Posting Komentar