Kampung ini Jadi Percontohan di Surabaya
![]() |
ilustrasi: aktivitas di kamoung lawas Maspari |
"Kampung dipercantik dengan warna-warni cat. Berbagai jenis tanaman berjajar. Biopori disebar di berbagai titik sebagai resapan air hujan. Dan composer dibuat untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk"
EKO SULISTYONO
Warna-warni cat akan menyambut siapa saja yang datang ke kampung Hijau Daun, RT 11 RW 5 kelurahan Morokrembangan. Ada warna kuning, hijau, biru, ungu, dan merah. Bukan hanya tembok rumah yang diwarnai, jalanan paving yang menghubungkan antar gang juga terlihat semarak.
Beraneka tanaman berjajar rapi mengelilingi gang-gang perkampungan. Ada pohon mangga, anggur, dan terong. "Kami mulai menata kampung sedemikian rupa sejak delapan tahun terakhir," kata Fatonah Koordinator lingkungan kampung Hijau Daun.
Setidaknya, di sana ada enam gang. Nama gangnya diambil menyerupai nama-nama buah. Seperti gang mangga, sekar terong, selada, semanggi, semangka, dan anggur. Tanaman yang ada di setiap gang juga sangat ikonik. Tergantung dari nama gang tersebut. Misalnya, di gang mangga, Ada pohon mangga yang menjadi ciri khas gang tersebut.
Menurut Fatonah, sebelum ditata, kampung yang berada di pinggir Bozem Morokrembangan tersebut sangat kumuh. Sampah berserakan dimana-mana. Genangan air juga tidak terhindarkan ketika musim hujan. Penyakit demam berdarah juga sering menjangkit warga. “Pokoknya tidak karu-karuan. Dari sana kami berfikir. Kampung ini harus berbenah," ucap perempuan 43 tahun tersbut.
Langkah untuk melakukan perbaikan kampung akhirnya dilakukan saat itu. Warga mulai berkumpul untuk mencari solusi permasalahan tersebut. Dari rapat-rapat warga, akhirnya muncul keinginan kesadaran untuk membersihkan sampah-sampah di kampung dan di Bozem. Edukasi agar tidak membuang sampah sembarangan juga gencar dilakukan.
Hasilnya mulai terlihat. Beberapa kali lurah dan camat Krembangan meninjau kampung. Mereka memberikan semangat warga untuk terus menjalankan program kampung yang bersih. Dan membantu pemerintah kota untuk mengurangi beban sampah di Surabaya. Warga semakin bersemangat. Penataan terus dilakukan.
Kesadaran untuk menanam pohon digalakan. Setidaknya setiap rumah diwajibkan untuk menanam lima pohon. Uangnya dari uang warga sendiri. “Kalau kami mengharap bantuan untuk berbenah, kesadaran kami berarti kurang. Kemajuan butuh pengorbanan,” tegas Fatonah.
Setelah bersih, warga membuat tempat sampah. Setiap rumah. Sampah tersebut sudah dipisahkan. Antara yang organik dan palstik. Sampah plastik akan dikumpulkan di bank sampah kampung dan bisa dijual kiloan. “Kadang kami buat hiasan, seperti lampu,” beber Fatonah.
Sementara untuk sampah organik, ada tempatnya tersendiri. Warga memliki Komposer. Sampah bekas buah dikumpulkan disana, kemudian diolah menjadi pupuk untuk tanaman warga.
Untuk permasalahan genangan air, warga juga sudah teratasi. Mereka membuat biopori yang berfungsi sebagai resapan air hujan. Itu tersebar setiap sepuluh meter di semua gang. Setidaknya ada 35 biopori yang mengelilingi kampung Hijau Daun tersebut.
Bukan hanya itu. Warga juga memiliki IPAL (Instalasi pengolahan Air Limbah). Di sana ada dua IPAL buatan warga yang berfungsi menyaring air limbah dari rumah-rumah. Air yang telah diproses kemudian dimanfaatkan oleh warga untuk menyiram tanaman-tanaman warga. “Kami membuatkan tiga penyaring di IPAL. Pasir, kulit kelapa, dan arang,” beber Fatonah.
Berkat penataan tersebut, kampung Hijau Daun telah menyabet juara umum loma “Bina Wilayah” yang diadakan RW 5 selama tiga tahun berturut-turut. Yaitu pada tahun 2014, 2015, dan 2016. Uang hasil perlombaan seperti itu biasa digunakan oleh warga untuk memperbanyak tanaman. Sisanya untuk rekreasi bersama. Tujuanya, agar kebersamaan warga tetap terjaga.
Keberhasilan tersebut yang dijadikan modal untuk mengikuti Surabaya Green and Clean tahun 2018 ini. Hasilnya cukup memuaskan. Mereka menjuarai best of the best pada kategori berkembang. Rencananya tahun depan mereka akan mengikuti lomba itu lagi pada kategori maju.
Persiapanya mulai dilakukan. Misalnya, memaksimalkan pembuatan pupuk dari sisa buah-buhan tadi dan memaksimalkan IPAL yang telah ada. Selain itu, Bank sampah yang dimiliki juga akan akan menerima minyak goreng bekas. Untuk dimanfaatkan. Bukan hanya smpah plastic. “Kami pernah mendengar kalau bekas minyak goring bisa dijadikan sabun. Nanti sore akan kami sosialisasikan,” tutup Fatonah. (*)
Komentar
Posting Komentar