ceritaku
RHETOR HARAPANKU
Oleh : Eko Sulistyono
Dilahirkan
di desa terpencil tidak menghalangiku menjadi orang terpelajar dan tertinggal.
Saya juga ingin layaknya orang-orang dikota, bagaimana cara fikir mereka
terhadap pentingnya pendidikan. Kebanyakan orang kota mengedepankan pendidikan,
yang berbeda dengan masyarakat desa yang mungkin kebutuhanya penting makan dan
kumpul keluarga. Pendidikan dijadikan yang kenomor sekian. Memang kurang pas
jika cara fikir masyarakat desa seperti itu sementara dalam memasuki era
globalisasi yang serba modern ini. Bagaikan bumi dan langit jika dibandingkan,
hari-hari orang kota disuguhi oleh banyak teknologi dan informasi, yang berbeda
jauh dengan masyarakat desa yang hanya sibuk pergi kesawah.
Sebagai perwakian orang desa, hal itu tidak
berlaku bagi saya. kita harus mampu bersaing, tidak hanya orang kota saja,
orang dari desapun berhak atas pendidikan jika ada kemauan. Itulah tekadku
sehingga aku putuskan untuk melanjutkan studi di kota jogja, UIN suanan
kalijaga menjadi pilihanku belajar, Alasanya karena ingin mendalami ilmu agama.
Disamping itu di kampus ini biaya kuliah bisa lebih murah dibandingkan
kampus-kampus lain dijogja, terlebih kampus Swasta bahkan mungkin bisa jadi
paling murah di Nusantara.hehe ! kalau dilihat dari bentuk bangunanpun tidak
kalah bagus tuh dengan kampus lain, jadi tidak begitu ,malu-maluin begitu
kuliah dikampus ini. Itu pertama yang berada dibenak saya, atau itu hanya trik
kampus untuk memikat mahasiswa baru saya kurang paham, yang jelas kampus ini mempunyai
visi misi yang cukup memantapkanku masuk kedalam bagianya.
Dengan
biaya yang murah, saya harap tidak ada perbedaan pembelajaran dan perbedaan hak
Mahasiswa dari kampus lain. Jadi harapan saya, saya mendapatkan hak yang sama
dengan mahasiswa Universitas lain. Mulai staf pengajar, Tata Usaha yang
mengurusi bidang kemahasiswaan harus tidak kalah dan tertinggal dari kampus
yang notabenya lebih mahal, atau bisa jadi harus lebih baik. Diterimalah saya
di Universitas ini, walaupun tidak pada jurusan pilhan (favorit) dengan sedikit
kecewa saya tetap mengambilnya dengan alasan siapa tau ini memang jalan yang
terbaik bagi saya yang telah direncanakan Tuhan.
Hari
pertama masuk kuliah ku ikuti dengan Orientasi Pengenalan Akademik (OPAK)
layaknya kegiatan yang rutin di ikuti setiap mahasiswa baru di semua
Universitas. Saat itu pelaksananya selama tiga hari dan sosialisasi
pembelajaran (SOSPEM) selama dua hari. Agak aneh memang saat berada
dilingkungan kampus baru dan hari pertama menjadi seorang mahasiswa. Saya yang
biasanya dirumah membantu orang tua sekarang berada dilingkungan Akademisi,
hehe tapi inilah pilahanku. Setelah lulus SMA saya memang tidak langsung
melanjutkan kuliah melainkan membantu orang tua terlebih dahulu.
Itu
sedikit pengalaman, lanjut kepada kuliahku.! Saat kuliah saya bertemu,
berkumpul dengan bermacam orang yang berbeda ras dan suku. Kami disatukan dalam
satu kelas yang namanya KPI, tapi bukan komisi penyiaran daerah looh, melainkan
Komunikasi Penyiaran ISLAM. Walaupun ada hubunganya juga siih, jebolan
Komunikasi Penyiaran Islam bisa mengurusi komunikasi penyiaran daerah karena di
kuliah ini diajarkan etika-etika penyiaran dan kuliah ini terbagi kedalam
jurusan jurnalistik dan Broadcasting. Saat memasuki perkuliahan saya baru sadar
ternyata dijurusan ini membutuhkan ruang khusus bagi mahasiswa jurusan ini
untuk mengembangkan skil. Pada nyatanya kampus tidak begitu menyediakan ruang
gerak bagi mahasiswa tersebut, akibatnya banyak mahasisiwa yang kecewa atas
pilihan kuliah dijurusan ini.
Semester
pertama bisa kulalui dengan hikmat berasama kawan yang lain, walaupun secara
akademi semester awal kurang begitu memuaskan. Disemester dua ada peningkatan
dalam bidang akademi, namun aku mulai resah, Percuma punya nilai bagus kalau
ilmu yang saya dapat tidaklah seberapa, toh nilai itupun bisa dibuat. Jurusan
saya membutuhkan ruang gerak khusus yang tidak cukup didapat hanya dikampus,
melainkan saya harus barani belajar diluar selain kampus. Bercermin dari banyak
teman yang kapasitas berfikirnya, wawasanya lebih luas itulah saya memompa
semangat saya menjadi 45 dalam mencari keilmuan. Kuliah saja tidak cukup jika
hanya kos, kamus, kantin sementara mahasiswa dituntut berwawasan luas. Lama
saya berfikir kemana saya mencari ilmu-ilmu itu dan memperkaya kekurangan perkuliahan,
terutama pada jam-jam kosong setelah kuliah. Mencari informasi kesana-kemari,
tanya teman sana-sini, saya biasakan, akhirnya keputusan saya harus memperdalam
keilmuan yang sesuai dengan jurusan perkuliahan yaitu dalam bidang tulis
menulis atau kejurnalistikan. Disemester tiga awal saat itu aku mendaftar
menjadi anggota baru Lembaga Pers Mahasiswa RHETOR.
Bergabung
dengan senior ataupun sesepuh-sesepuh Rhetor dalam memperjuangkan hak
Mahasiswa. Membuat wadah bagi mahasiswa yang ingin memperdalam ilmu
kepenulisanya selain kuliah. Itulah kenapa Lembaga Pers ini berdiri, dengan
harapan ada wadah bagi mahasiswa yang kecewa terhadap iklan kampus yang begitu
muluk-muluk dalam memikat calon mahasiswa baru.
Lembaga-lembaga seperti ini yang menjadi obat bagi mahasiswa yang haus
akan ilmu dan gila akan memeperjuangkan hak sebagai mahasiswa.
Walaupun
saat ini statusku dalam organisasi masih berada pada masa magang namun disini
saya diberi hak yang sama dengan crew yang lain. Kami diajarkan kebersamaan,
berat sama dipikul ringan sama ditinting itulah doktrin pertama yang ditanamkan
dalam jiwa saya. Nampaknya doktrin itu meluluhkan banyak anggota baru karena
hakikatnya para perantau membutuhkan keluarga dikota besar seperti Jogja ini.
Tak terkecuali saya yang rela mengalahkan kegiatan lain, organisasi lain demi
bergabung bersama keluarga kecilku itu.
Saya
semakin yakin dengan pilihan ke LPM ini karena disini mendapatkan pengalaman
yang sangat berharga, pengalaman yang mungkin tidak akan saya daapatkan
dimanapun. Anggota kami layaknya sebuah keluarga, saling pengertian, perhatian.
Semua kami lakukan bersama-sama, makan bersama dengan tradisi bantingan biasa
kami lakukan jika diskusi terpaksa larut malam. Memang tidak kenyang dengan
makanan sedikit dengan jumlah orang yang banyak, namun disitulah saya merasakan
nikmatnya kebersamaan dan saling berbagi. Dengan bekal kebersamaan itulah yang
diharapkan menjadi modal awal dalam bekerja dan berkarya. Harapan ingin
mendapat bimbingan dari anggota lain untuk memperluas wawasan menjadi pemicuku.
Disini kami berjuang bersama untuk
Mahasiswa lain agar tidak ada yang di rugikan. Disinilah Rhetor Harapanku.
Komentar
Posting Komentar